Jakarta, kilas24.com– Sangat jarang atau boleh dibilang langka menemukan pejabat negara (pejabat publik) berorientasi pada hal-hal relegius, di luar tugas kenegaraaan. Namun, satu di antara pejabat negara yang lebih cenderung berbicara mengenai spirit kerohanian (relegius) itu adalah Dr Andi Abubakar.
Asisten Komisioner Aparatur Sipil Negara (KASN) ini ketika diajak diskusi, selalu menyelibkan pandangan-pandangan spiritualitas. Di temui di ruang kerjanya di Kantor KASN, Jl. MT Haryono, Jakarta, Selasa D(lulusan Universitas Negeri Makassar (UNM) Spesifikasi Administrasi Publik ini mengemukakan pandangan filosofinya.
Salah satu pandangannya adalah, setiap manusia yang hadir di bumi menggenggam rejekinya sendiri- sendiri. Ia meyakinkan, rejeki itu pun tidak bisa ditukar.
“Maka saya selalu percaya, Allah SWT sudah menggariskan takdir itu pada setiap manusia,” kata Doktor Andi Abubakar dalam nada yakin.
Bersama keluarga
Suami dari Andi Raodhayanti ini, menjelaskan ada situasi berbeda ketika mengabdi di Jakarta sebagai Asisten KASN. Ia menganalogikan ibukota negara seumpama hitam-putihnya sebuah pilihan. Setiap kita, kata ayah dua anak ini tinggal memilih.
“Jika ingin hitam legam atau putih bersih juga bisa, karena di Jakarta semua fasilitas tersedia. Maka orang bilang hidup ini pilihan,” ungkapnya.
Lebih jauh ayah AS Fadhlurochman Ghooli dan AP Faiq Iqram yang taat beribadah ini mengaku tertarik berdiskusi tentang hal-hal religius karena sarat makna. Ia memberi alasan bahwa masalah atau kehidupan duniawi kita adalah berbicara dalam tataran logika.
“Konsep keyakinan itu bicara soal ajaran agama yang tidak bisa diterjemahkan dengan akal atau logika, karena terlalu dangkal untuk memahaminya. Kecuali dengan keyakinan atau iman,” pungkasnya.
Ketika disinggung mengenai posisinya di KASN, mantan Kepala Bagian Ekonomi di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone, Sulawesi Selatan ini cuma menyatakan rasa syukurnya. Ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berlebihan atau bangga dengan jabatannya sekarang.
“Syukur bisa di KASN, karena bisa mengaktuakisasi demi sebuah kesejahteraan. Sebenarnya ini sekali lagi pikiran duniawi,” paparnya.
Ada perubahan drastis dari potret seorang Andi Abubakar atau yang akrab disapa Puang Abu. Sembilan tahun lalu, ketika saya bertugas di Kabuy Bone, sebagai wartawan SINDO (MNC Group), puang Abu tak menunjukkan jati diri sebagai seorang “motivator” spiritual bagi setiap orang yang menemuinya.
Ia lebih banyak berbagi soal tata kelola pemerintahan di birokrasi dengan segudang permasalahan, dan bagaimana cara melayani masyarakat dalam konotasi “public service”.
Seiring perjalanan waktu, tiga tahun lalu ia mengikuti seleksi untuk posisi Asisten KASN dan dinyatakan lolos. Dari titik inilah ia menemukan sebuah renungan, bahwa hidup ini perlu disyukurinya, sambil terus berbuat baik.
“Syukur-syukur bisa beramal,” pungkasnya., kilas24.com– Sangat jarang atau boleh dibilang langka menemukan pejabat negara (pejabat publik) berorientasi pada hal-hal relegius, di luar tugas kenegaraaan. Namun, satu di antara pejabat negara yang lebih cenderung berbicara mengenai spirit kerohanian (relegius) itu adalah Dr Andi Abubakar.
Asisten Komisioner Aparatur Sipil Negara (KASN) ini ketika diajak diskusi, selalu menyelibkan pandangan-pandangan spiritualitas. Di temui di ruang kerjanya di Kantor KASN, Jl. MT Haryono, Jakarta, Selasa D(lulusan Universitas Negeri Makassar (UNM) Spesifikasi Administrasi Publik ini mengemukakan pandangan filosofinya.
Salah satu pandangannya adalah, setiap manusia yang hadir di bumi menggenggam rejekinya sendiri- sendiri. Ia meyakinkan, rejeki itu pun tidak bisa ditukar.
“Maka saya selalu percaya, Allah SWT sudah menggariskan takdir itu pada setiap manusia,” kata Doktor Andi Abubakar dalam nada yakin.
Bersama keluarga
Suami dari Andi Raodhayanti ini, menjelaskan ada situasi berbeda ketika mengabdi di Jakarta sebagai Asisten KASN. Ia menganalogikan ibukota negara seumpama hitam-putihnya sebuah pilihan. Setiap kita, kata ayah dua anak ini tinggal memilih.
“Jika ingin hitam legam atau putih bersih juga bisa, karena di Jakarta semua fasilitas tersedia. Maka orang bilang hidup ini pilihan,” ungkapnya.
Lebih jauh ayah AS Fadhlurochman Ghooli dan AP Faiq Iqram yang taat beribadah ini mengaku tertarik berdiskusi tentang hal-hal religius karena sarat makna. Ia memberi alasan bahwa masalah atau kehidupan duniawi kita adalah berbicara dalam tataran logika.
“Konsep keyakinan itu bicara soal ajaran agama yang tidak bisa diterjemahkan dengan akal atau logika, karena terlalu dangkal untuk memahaminya. Kecuali dengan keyakinan atau iman,” pungkasnya.
Ketika disinggung mengenai posisinya di KASN, mantan Kepala Bagian Ekonomi di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone, Sulawesi Selatan ini cuma menyatakan rasa syukurnya. Ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berlebihan atau bangga dengan jabatannya sekarang.
“Syukur bisa di KASN, karena bisa mengaktuakisasi demi sebuah kesejahteraan. Sebenarnya ini sekali lagi pikiran duniawi,” paparnya.
Ada perubahan drastis dari potret seorang Andi Abubakar atau yang akrab disapa Puang Abu. Sembilan tahun lalu, ketika saya bertugas di Kabuy Bone, sebagai wartawan SINDO (MNC Group), puang Abu tak menunjukkan jati diri sebagai seorang “motivator” spiritual bagi setiap orang yang menemuinya.
Ia lebih banyak berbagi soal tata kelola pemerintahan di birokrasi dengan segudang permasalahan, dan bagaimana cara melayani masyarakat dalam konotasi “public service”.
Seiring perjalanan waktu, tiga tahun lalu ia mengikuti seleksi untuk posisi Asisten KASN dan dinyatakan lolos. Dari titik inilah ia menemukan sebuah renungan, bahwa hidup ini perlu disyukurinya, sambil terus berbuat baik.
“Syukur-syukur bisa beramal,” pungkasnya.