JAKARTA, KILAS24.COM – Juventus dilaporkan tersandung dugaan skandal pemalsuan laporan keuangan. Saat ini investigasi tengah berlangsung. Penggeledahan di lakukan di Turin, Roma, dan Milan.
Penggeledahan tersebut diperintahkan dan berada di bawah pengawasan langsung tiga hakim yakni Marco Gianoglio, Ciro Santoriello dan Mario Bendoni.
BACA JUGA: Resmi Hengkang, Ini Calon Klub Baru Dybala
La Stampa, melaporkan bahwa Guardia di Finanza (GdF) Italia tengah melakukan penggeledahan, sejak Rabu (23/3/2022), siang kemarin waktu setempat.
Media harian yang berpusat di Turin tersebut menyebutkan bahwa Badan Kepolisian yang menangani kasus-kasus keuangan atau GdF sedang mencari dokumen terkait kontrak pribadi, gaji dan bonus yang disepakati antara Juventus dan para pemain.
Kontrak berisi transaksi keuangan Juventus selama COVID-19 sedang didalami demi membantu Juventus menyeimbangkan neraca keuangan. GdF tengah memastikan laporan keuangan tersebut sudah sesuai aturan dan bersih dari manipulasi.
BACA JUGA: Tak Seperti Juventus Dengan Dybala, AC Milan Kalem Soal Kessie
GdF mulai menyasar ke kantor-kantor hukum karena menduga masih ada dokumen-dokumen penting yang tak disimpan di kantor Juventus, melainkan di kantor para pengacara yang mengurus kontrak pemain di tiga kota tersebut.
Sejak Tahun Lalu
Investigasi dugaan pemalsuan laporan keuangan Juventus sudah dimulai sejak akhir 2021 lalu. Sejumlah pejabat tinggi Juventus juga sempat diperiksa saat itu, di antaranya Presiden Juventus, Andrea Agnelli, dan Wakil Presiden Pavel Nedved.
Menurut laporan dari La Gazzetta dello Sport (2021), ada enam petinggi Juventus yang kabarnya ikut diselidiki. Mereka termasuk Presiden Andrea Agnelli, Wakil Presiden Pavel Nedved, eks direktur olahraga Juventus yang saat ini bekerja untuk Tottenham Hotspur, Fabio Paratici.
BACA JUGA: Fans Juventus Terpecah Akibat Ulah Dybala
“Guardia di Finanza tiba di Continassa hari ini untuk mengumpulkan informasi dan mengumpulkan semua dokumen terkait laporan keuangan klub pada 2018-2021,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis Kantor Kejaksaan Umum Turin 2021 lalu.
Penyelidikan ini digelar berdasarkan pemeriksaan CONSOB (badan yang mengawasi sekuritas), yang dipertegas dengan laporan COVISOC (badan pengawas klub Italia) pada Oktober 2021.
COVISOC beranggapan ada sejumlah kasus terkait pengambilan keuntungan dari transfer pemain yang perlu diinvestigasi. Salah satunya adalah pertukaran antara Miralem Pjanic dan Arthur Melo pada 2020, yang melibatkan Juventus dengan Barcelona.
BACA JUGA: Prediksi Portugal vs Turki Jumat, 25 Maret 2022, Ronaldo Masih Diandalkan?
Kemudian, ada temuan aliran dana mencurigakan sebesar 50 juta euro (Rp 815 miliar) dari hasil transaksi pemain Juventus dan komisi untuk agen.
Diketahui bahwa pada tahun 2021 lalu, terdapat ada 62 kasus transfer mencurigakan di Serie A; dengan 42 di antaranya melibatkan Juventus.
Bayang-bayang Calciopoli
Tak cuma Juventus yang diselidiki terkait neraca keuangan. Masih ada sejumlah klub yang diperiksa, seperti Napoli dan Inter Milan. Namun Bianconeri menerima sorotan paling tajam terkait Calciopoli di masa lalu.
Penyelidikan masih berjalan, namun Juventus tentu sedang ketar-ketir. Mengingat jika kedapatan bersalah, mereka dihukum degradasi ke Serie B, seperti di tahun 2006 silam.
BACA JUGA: Terungkap! Ini Dua Proyek Penting AC Milan Sebelum Jeda Internasional
Juventus terancam terdegradasi, apabila false accounting tersebut dinyatakan sebagai pelanggaran olahraga oleh federasi sepak bola Italia (FIGC).
Chiellini yang merupakan kapten kesebelasan pada 2020/2021 memberikan pernyataanya.
BACA JUGA: Link Live Streaming Play-off Piala Dunia 2022, Italia atau Portugal yang Akan Lolos?
“Ini masih awal penyelidikan, semuanya masih dieksplorasi. Ketika Juve yang sedang diperiksa, jelas investigasinya akan diperkuat,” ujar Chiellini, dikutip Football Italia, 2021.
“Kami harus menunggu hasilnya, dan bekerja keras di lapangan, membayar apa yang sudah klub berikan kepada kami,” ungkapnya.
(Sumber: Berbagai Sumber)