
KUPANG, KILAS24.CO– Gubernur NTT, Viktor Laiskodat menginginkan propinsi yang dipimpinnya kaya di bidang ternak. Keinginan ini ia sampaikan di hadapan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang NTT di Ruang Kerjanya, Senin, 8 Juni 2020
Politisi NasDem ini sangat optimis NTT akan menjadi provinsi kaya, dari sektor peternakan.
“Salah satu mimpi besar saya adalah mengembalikan kejayaan NTT di sektor peternakan. NTT harus memiliki sapi dengan kualitas yang baik, bahkan sampai ke kelas Sapi Wagiu,”ujarnya.
Untuk sampai ke tahap ini kata dia perlu kolaborasi yang baik antar sektor. Pemerintah menyiapkan anggaran, dinas melalui tenaga – tenaga ahli, dokter hewan harus lebih aktif di lapangan. Ia juga meminta tenaga tenaga ahli tersebut untuk membuat penelitian dan riset sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang membangun.
“Vaksinnya seperti apa, koordinasi juga dengan dinas pertanian untuk memanfaatkan batang jagung yang telah selesai dipanen untuk menghasilkan pakan ternak yang baik. Ini sangat penting karena menyangkut asupan protein hewani bagi masyarakat NTT,” kata Gubernur Laiskodat.
Mantan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Nasdem ini juga meminta PDHI Cabang NTT untuk menghidupkan kembali Pusat Kesehatan Hewan (PUSKESWAN) yang ada.
“Sebagai Gubernur saya mau agar seluruh pusat kesehatan hewan yang tersebar di seluruh NTT agar dimanfaatkan kembali,”tandasnya.
Menurutnya, banyak jebolan dari Fakultas Kedokteran Hewan yang memilih berkarya di luar NTT. Karena itu Laiskodat ingin memberdayakan para dokter hewan Jika puskeswan telah dihidupkan kembali.
“Sekali lagi saya katakan bahwa mimpi saya yang luar biasa ini harus juga didukung juga dokter hewan yang hebat,” sambung Laiskodat.
Sementara itu Ketua PDHI Cabang NTT, Dr.drh. Maxs U.E Sanam, M.Sc mengatakan kehadiran dokter hewan di NTT sebagai penjaga kestabilan hewan.
Dikatakan, penyakit menular hewan saat ini sangat meresahkan masyarakat. Sebagai solusinya, ia meminta penguatan laboratorium agar setiap kasus yang terjadi tidak perlu di kirim ke daerah lain untuk diteliti.
“Contoh kasusnya yakni penyakit Anthrax sampelnya harus dikirim ke Semarang, demikian juga penyakit Rabies sampelnya dikirim ke Bandung,”pungkasnya.
Reporter : Yuven Fernandez
Anda dapat membaca artikel lainnya di Google News