KILAS24.COM- Berikut profil Yenny Wahid yang digadang-gadang menjadi calon wakil presiden Anies Baswedan. Berikut informasi lengkapnya.
Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid masuk dalam bursa sebagai bakal calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Nama Yenny Wahid mancuak menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Bahkan, Yenny Wahid pernah diusulkan sebagai bakal cawapres pendamping bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Kemudian, baru-baru ini Yenny Wahid digadang-gadang berduet dengan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
Baca Juga: Daftar Beasiswa Juli 2023, Berikut Syarat dan Batas Waktu Pendaftarannya
Dilansir sejumlah media nasional, Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menyebutkan, masuknya nama Yenny Wahid dalam bursa calon wakil presiden bukan tanpa alasan.
Menurutnya, Yenny Wahid merupakan figur alternatif yang layak diperhitungkan dan bisa dipasangkan dengan siapa saja calon presidennya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menyebutkan, Yenny Wahid menjadi alternatif dengan sejumlah alasan. Pertama, Yenny Wahid bisa merepresentasikan cawapres dari kalangan perempuan.
Baca Juga: Cek Beasiswa yang Dibuka Juli 2023, Simak Syarat dan Panduan Pendaftarannya di Sini
Profil Yenny Wahid
Pemilik nama lenkap Zannuba A riffah Chafsoh Rahman Wahid, kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974, adalah anak kedua dari pasangan Abdurrahman Wahid dan Sinta Nuriyah. Ia mempunyai seorang kakak, Alisa Wahid dan dua orang adik, Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Meski dari keluarga pesantren, Yenni justru berbeda dengan kebanyakan anak-anak kiyai lainnya. Ia justru masuk sekolah umum. Setelah lulus SMA Negeri 28 Jakarta tahun 1992, ia menekuni studi komunikasi Visual di Universitas Trisakti, Jakarta.
Setelah itu, ia memilih menjadi wartawan sebagai koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara 1997 dan 1999. Ia bertugas di daerah konflik sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh
Tiga tahun berjalan menjadi, ia berhenti jadi wartawan karena ayahnya terpilih menjadi presiden RI ke-4 pada tahun 1999. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, apalagi kondisi fisik ayahnya terbatas. Itu ia lakoni mulai tahun 1999-2001.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny kuliah dan memperoleh gelar Master’s in Public Administration dari Universitas Harvard, AS, di bawah beasiswa Mason. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.