KILAS24.COM- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan rudal di Teheran, Iran Rabu (31/7).
Israel bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya setelah Hamas, yang bermarkas di Gaza itu, melakukan serangan dahsyat pada 7 Oktober di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera.
Ismail Haniyeh –lahir 1962, di kamp pengungsi Al-Shāṭiʾ, Jalur Gaza— meninggal 31 Juli 2024, Tehran, Iran. Dia seorang politikus Palestina dan pemimpin Hamas yang menjabat sebagai perdana menteri Otoritas Palestina (PA) pada tahun 2006–w007, setelah Hamas memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan legislatif Palestina tahun 2006.
Baca Juga: KJP Plus Agustus 2024 kapan cair? Cek Tanggal Pencairan Berikut Ini
Baca Juga: Paris Dilanda ‘Pemadaman Listrik’ Setelah Acara Pembukaan Olimpiade 2024
Setelah pertikaian antarfaksi dengan rivalnya, Fatah, menyebabkan pembubaran pemerintahan dan pembentukan pemerintahan otonom yang dipimpin Hamas di Jalur Gaza, Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza (2007–2014). Pada tahun 2017, ia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai kepala biro politik Hamas.
Haniyeh, yang biasanya bermarkas di Qatar, menjadi wajah diplomasi internasional Hamas saat perang yang dipicu oleh serangan tersebut berkecamuk di Jalur Gaza, tempat tiga putranya tewas dalam serangan udara Israel. Ia adalah pejabat Hamas paling senior yang tewas sejak perang dimulai.
Hamas, mengutip laporan timesofisrael.com, mengonfirmasi kematian itu dan menyalahkannya pada ‘serangan Zionis’ terhadap kediaman Haniyeh di ibu kota Iran, dan menyatakan ‘eskalasi parah’ tidak akan dibiarkan begitu saja; Abbas dari PA mengutuk tindakan tersebut, pihak Israel bungkam.
Baca Juga: Maestro Musik Liturgi Indonesia Ferdy Levi, Berpulang
Baca Juga: DPRD Soroti Penyaluran Bansos DKI Jakarta, Ini Daftar Bansos Cair Agustus 2024
Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh pada dini hari [Rabu, 31/7] di Iran, Hamas mengatakan pada hari Rabu, menggambarkan serangan itu sebagai “eskalasi parah” yang tidak akan mencapai tujuannya.
Korps Garda Revolusi Islam Iran juga mengonfirmasi kematian Haniyeh, beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu Masoud Pezeshkian, dan mengatakan sedang melakukan penyelidikan.
Dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh media Iran, Pezeshkian mengatakan Iran akan “mempertahankan integritas teritorial, martabat, kehormatan, dan kebanggaannya, dan akan membuat para teroris penjajah menyesali tindakan pengecut mereka.”
Sumber: TentangKita.co