JAKARTA, KILAS24.COM — Kabar baik bagi lulusan SMK yakni mulai tahun 2022 ada kesempatan untuk kuliah atau melanjutkan pendidikan sarjana (S-1) di berbagai universitas di Jerman. Hal ini sejalan dengan upaya diplomasi pendidikan untuk transformasi sumber daya manusia berkelanjutan.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Ardi Marwan mengatakan bahwa mulai tahun 2022 peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari Indonesia berkesempatan melanjutkan pendidikan jenjang sarjana atau S-1 di berbagai universitas di Jerman.
“Keputusan ini dikeluarkan Pemerintah Jerman dalam hal ini oleh The Standing Conference of the Ministers of Education and Cultural Affairs atau KMK yang disampaikan langsung kepada KBRI Berlin,” tutur Ardi dalam keterangan resmi, Rabu (15/6/2022).
Baca Juga: Sebanyak 12 Juta Terima Kartu Prakerja, Gelombang 33 Segera Dibuka, Ini Syarat dan Caranya
Bukti telah diakuinya ijazah SMK dari Indonesia juga dapat dilihat di situs resmi Anabin, yaitu anabin.kmk.org. Basis data Anabin menampilkan daftar informasi seluruh institusi dan jenjang pendidikan yang telah dievaluasi di Jerman hingga kini, oleh Central Office for Foreign Education (Zentralstelle für ausländisches Bildungswesen/ ZAB/ Kantor Pusat Pendidikan Asing).
Dengan basis data Anabin, calon peserta didik dapat mencari informasi mengenai apakah kualifikasi akademik yang dimilikinya diakui di Jerman. Diakuinya ijazah SMK oleh pemerintah Jerman, akan membuat jumlah mahasiswa Indonesia yang studi di Jerman akan mengalami peningkatan yang pesat pada tahun mendatang.
Tambah lagi, Indonesia menghasilkan sekitar 1,5 juta lulusan SMK setiap tahunnya. Ardi melanjutkan sebelum keputusan ini terbit, ijazah sekolah menengah Tanah Air yang diakui oleh Pemerintah Jerman hanya ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan/ atau Madrasah Aliyah (MA).
“Para lulusan SMA/MA dari Indonesia yang ingin studi S1 di Jerman disyaratkan untuk mendaftar dan mengikuti program preparatory college atau studienkolleg (STK) selama dua semester di berbagai institusi pendidikan negeri atau swasta di Jerman,” tambah Ardi.
Baca Juga : Rayakan Dies Natalis ke-25, UPH Terima Penghargaan Rekor MURI
Adapun syarat mengikuti program STK adalah ijazah SMA/MA dan sertifikat kompetensi bahasa Jerman minimal di level B2. Menurut Ardi, ada juga institusi yang mempersyaratkan B1 dan C1 namun jumlahnya tidak banyak.
“Jadi umumnya level Bahasa Jerman B2 sudah memadai,” tutur Ardi.
Jenis program STK yang diambil bergantung pada program studi S-1 yang menjadi pilihan calon mahasiswa. Sebagai contoh, untuk program teknik, sains dan matematika, jenis program STK yang diambil adalah T.
Berbeda dengan program bisnis, ilmu sosial dan ekonomi, program STK-nya adalah W. Program kedokteran, biologi dan farmasi, mensyaratkan program STK dengan kode M, sementara untuk program humaniora, desain/seni, program STK-nya adalah G. Terakhir, untuk program/jurusan bahasa, program STKnya adalah S.
Usai menempuh studienkolleg selama dua semester, para peserta wajib mengikuti asesmen akhir yang disebut Feststellungsprüfung (FSP). Setelah lulus FSP, maka calon mahasiswa bisa mendaftar dan menempuh studi S-1 di kampus tujuan.
Hingga kini, kata Ardi, hampir semua universitas negeri di Jerman menerapkan kebijakan no tuition fee kepada seluruh mahasiswa, termasuk mahasiswa internasional.
Sedikit berbeda dengan SMA/MA, calon mahasiswa yang akan mendaftar dengan ijazah SMK harus sudah menempuh studi di universitas di Indonesia selama satu tahun baru kemudian mendaftar program STK.
Persyaratan ikut program STK tidak berlaku jika calon mahasiswa pemegang ijazah SMA dan SMK telah menempuh pendidikan program sarjana di Indonesia selama minimal empat semester atau 2 tahun.
“Dengan kata lain, mereka langsung dapat mendaftar pada program sarjana yang menjadi tujuan studinya di Jerman,” ucap Ardi.
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 33: Ini Estimasi Tanggal dan Tips Lolos Unggah Foto KTP
Ardi juga menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar delapan ribu Pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Jerman. Selain terkenal dengan biaya pendidikan yang murah, Jerman juga menawarkan keindahan alam dan berbagai fasilitas publik inklusif yang dapat diakses seluruh masyarakat.
Mahasiswa yang studi di Jerman juga mendapatkan kesempatan untuk kerja paruh waktu dan yang paling menarik adalah setelah menyelesaikan pendidikannya, mereka diberikan kesempatan untuk mencari kerja di Jerman.
“Harapannya, semakin banyak talenta muda Indonesia yang dapat menempuh pendidikan tinggi di Jerman dan kembali ke tanah air untuk membangun bangsa,” tutup Ardi.