MALANG,KILAS24.COM – Pembuangan limbah yang berasal dari pabrik pengolahan susu, mencemari lingkungan. Kondisi ini sangat disesali masyarakat sekitar yang berdampak langsung dari limbah yang berasal dari PT Greenfields Indonesia tersebut. Kejadian serupa pernah terjadi pada 2016 silam.
Ketua Kelompok Tani Kesamben, Matori mengatakan limbah berwarna kecoklatan dan berbau. Limbah hasil pembuangan pabrik pengolahan susu tersebut juga mencemari lingkungan. Sejumlah lahan pertanian yang terletak di Desa Kesamben, Ngajum, Kabupaten Malang.
“Kami sudah beberapa kali diajak pertemuan, baik dengan Muspika, pihak Greenfields itu sendiri, dan dinas terkait. Muspika, sangat paham masalah ini. Jawaban dari Greenfields sampai sekarang juga tidak ada,” kata Matori, Rabu, 11 Maret 2020.
Matori mengaku kondisi ini sebenarnya sudah dirasakan petani selama empat tahun terakhir. Para petani kata Matori, kerap kali mendatangi PT Greenfields Indonesia, termasuk Muspika setempat.
Menurut Matori, limbah cair dari Greenfields itu dibuang ke Sungai Gesang. Dimana, sungai Gesang itu merupakan tumpuan irigasi para petani di Kesamben.
“Disana ada dua DAM. DAM 1 itu untuk mengaliri sekitar 54 hektar lahan pertanian, sementara DAM 2 itu untuk 87 hektar. Gara-gara limbah itu, sekarang banyak petani yang dulunya nanam padi, pindah ke tebu,”ujarnya.
Matori menjelaskan, sebagian petani yang beralih profesi ke petani tebu mengalami kerugian sangat besar. Ia beralasan kalau padi setahun bisa tiga sampai empat kali panen.
“Sekarang tidak bisa. Dulu satu hektar itu bisa sampai 50 ton per tahun, tapi sekarang sudah jauh dibawah itu,” jelasnya.
Sunarto, salah seorang petani di wilayah itu menegaskan limbah tersebut dampaknya sangat signifikan terhadap tanaman pertanian di Ngajum.
“Ya saya tahu limbah itu dibuang pada malam hari. Ini resiko. Tidak saja tanaman namun ikan pun ikut mati,*tandasnya.
Sunarto, menambahkan, pihak Greenfields dan sejumlah ahli telah melakukan peninjauan di lokasi terdampak limbah. Namun, hingga saat ini tidak ada tindaklanjutnya.
“Sekarang banyak yang gagal panen itu. Greenfields sebenarnya sudah mengakui dampaknya seperti apa, mereka tidak bisa mengelak, tapi belum ada ganti rugi,” ulasanya.
Sunarto mengancam akan bersama para petani lainnya di Kesamben untuk melakukan aksi unjuk rasa, jika persoalan ini tidak ditanggapi dengan serius oleh pihak-pihak terkait.
“Sebenarnya, kami dari dulu ada rencana demo, tapi kan ada istilah orang Jawa, kalau bisa dirundingkan kenapa kita mau rame-rame. Tapi kalau nanti tidak ada solusinya, ya kita demo. Petani itu kan cuma satu, tidak mau basa-basi,” pungkasnya.
Sebelumnya, limbah cair tersebut sempat meluber ke jalan desa, dan mengotori jalan perkebunan warga dan air di sekitarnya yang terjadi pada Jumat (27/5) 2016 silam.
Reporter : Toski Dermaleksana,
Anda dapat membaca artikel lainnya di Google News