JAKARTA, KILAS24.COM – Chernobyl; wilayah yang kini diduduki oleh pasukan Rusia kini dijuluki sebagai kota mati akibat bencana nuklir pada tahun 1986.
Bencana Chernobyl merupakan kecelakaan pada reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl. PLTN ini terletak di Pripyat, Ukraina, yang dulu jadi bagian Uni Soviet.
Laman Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut, total isotop radioaktif yang dilepaskan dari kecelakaan tersebut 30 kali lebih tinggi dibandingkan ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang, pada 1945.
PBB dan WHO melaporkan sekitar 4000-an orang meninggal secara tidak langsung terkait dengan ledakan tersebut, karena kanker atau penyakit lain yang disebabkan oleh radiasi.
Baca Juga: Chernobyl: Petaka Ledakan Nuklir yang Membawa Manfaat Bagi Lingkungan
Sekitar 117.000 orang dievakuasi dari Pripyat. Sebuah zona larangan kemudian ditetapkan, yaitu lokasi pada radius sekitar 30-an km dari bangunan pembangkit yang tersisa.
Awal Mula Terjadinya Ledakan
Detik-detik terjadinya ledakan bermula pada 26 April 1986. Ketika itu, teknisi di reaktor nomor empat mencoba bereksperimen. Mereka mencoba mematikan sistem pengaturan daya reaktor dan sistem keselamatan daruratnya.
Setelah itu, para teknisi mereka menarik sebagian besar batang kendali dari inti reaktor sambil membiarkan reaktor terus berjalan dengan daya 7 persen.
Pada pukul 1.23 pagi dini hari pada 26 April reaksi berantai di inti reaktor menjadi tidak terkendali. Setelah itu, terjadi lonjakan energi secara tiba-tiba dan tak diduga.
Baca Juga: Rusia-Ukraina Membara, Andriy Shevchenko: Demi Kemuliaan Ukraina!
Beberapa ledakan memicu bola api besar dan meledakkan baja berat dan tutup beton reaktor. Ketika apra teknisi mencoba mematikannya secara darurat, terjadi lonjakan daya sangat tinggi yang menyebabkan tangki reaktor pecah diikuti serangkaian ledakan.
Kejadian ini melepaskan moderator neutron grafit di reaktor ke udara lalu terjadi kebakaran selama sepekan penuh. Kebakaran melepaskan debu radioaktif ke atmosfer secara meluas, hingga ke wilayah Pripyat.
Akibat Ledakan Reaktor Nuklir
Ledakan tersebut melepaskan partikel radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer dan menyebar ke sepanjang perbatasan Ukraina, Rusia, Belarusia dan beberapa negara Eropa Timur. Sekitar 100 orang meninggal secara langsung akibat ledakan tersebut.
Debu radioaktif kemudian tersebar ke kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Pada 27 April 1986, 30.000 penduduk Pryp’yat mulai dievakuasi.
Uni Soviet mencoba menutup-nutupi kecelakaan itu. Namun, pada 28 April 1986 stasiun pemantau Swedia melaporkan tingginya tingkat radioaktivitas yang dibawa angin dan mendesak penjelasan.
Setelah didesak, Pemerintah Uni Soviet baru mengakui telah terjadi kecelakaan di Chernobyl. Hal itu langsung direspons dengan munculnya aksi protes internasional atas bahaya yang ditimbulkan oleh emisi radioaktif.
Pada 4 Mei 1986, panas dan radioaktif yang bocor dari inti reaktor dapat diatasi meskipun berisiko besar bagi para pekerja. Limbah-limbah radioaktif dikubur di sekitar 800 tempat sementara.
Baca Juga: Imbas Konfilik Rusia – Ukraina, Harga Emas Antam Bakal Naik!
Kemudian pada tahun itu pula, inti reaktor yang sangat mengandung radioaktif itu ditutup dengan sarkofagus beton dan baja.
Reaktor kedua Chernobyl lantas dimatikan setelah terjadi kebakaran pada 1991 sedangkan reaktor pertama tetap beroperasi sampai 1996. Raktor ketiga Chernobyl masih terus beroperasi sampai 2000.
Dengan ditutupnya reaktor ketiga itu, praktis PLTN Chernobyl tinggal menjadi sejarah. Setelah bencana tersebut, Uni Soviet membuat zona eksklusi berbentuk lingkaran dengan radius sekitar 30 kilometer yang berpusat di PLTN Chernobyl.
Zona eksklusi meliputi area sekitar 2.634 kilometer persegi di sekitar pabrik. Namun, kemudian diperluas menjadi 4.143 kilometer persegi untuk memasukkan area yang sangat terpancar di luar zona awal.