JAKARTA, KILAS24.COM — Jelang perayaan Natal, umat muslim dapat menyimak pendapat sejumlah ulama atau pemuka agama yang memberikan pandangan terkait ucapan Selamat Natal.
Pandangan sejumlah ulama ini diharapkan dapat menjadi perspektif baru terkait ucapan selamat Natal. Beberapa ustad dan ulama yang memberikan pandangan terkait Natal.
Beberapa pemuka agama islam itu antara lain Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Khalid Basalamah, Buya Yahya , Prof Quraish Shihab dan masih banyak lagi. Berikut pandangan mereka terkait ucapan selamat Natal.
Ustadz Abdul Somad adalah salah satu pemuka agama yang mengharamkan muslim memberikan ucapan Selamat Natal dan hari raya agama lain.
Baca Juga: Segera Ambil ATM dan Buku Tabungan KJP, Cek 5 Ketentuan Disdik Ini
Menurut Ustadz Abdul Somad ada prinsip yang bertentangan dengan Al-Quran yang dilanggar jika seorang muslim memberikan ucapan Selamat Natal dan hari raya agama lain.
Jika muslim memberikan ucapan Natal maka dia mengakui bahwa Isa anak Tuhan, lahir pada 25 Desember dan meninggal di palang salib, ujar Abdul Somad.
Menurut akidah, Nabi Isa tidak lahir pada 25 Desember, namun saat Maria melahirkan Isa, dia diperintahkan oleh Allah menggoncangkan pangkal pohon kurma dan jatuhlah buah kurma yang setengah matang.
Buah kurma setengah matang itu biasanya ada pada musim panas, sekitar Juli- Agustus, bukan pada Desember seperti yang diyakini umat Kristiani.
Kelahiran Isa pada 25 Desember menurut Ustadz Abdul Somad adalah perayaan kelahiran Dewa Matahari pada zaman Kaisar Konstantin.
Klaim selanjutnya, Isa tidak meninggal di palang salib tapi orang lain. Sosok yang mati di tiang salib adalah Yudas Iskariot yang berkhianat dan Allah membuat dia menyerupai Isa.
Silang Pendapat Ulama Indonesia
Ulama-ulama di Indonesia memang bersilang pendapat tentang hukum muslim mengucapkan selamat Natal.
Mereka terbagi pada dua pendapat besar, sebagian dari mereka menganggap bahwa hukum muslim mengucapkan selamat Natal adalah haram karena menyangkut persoalan akidah.
Simak Juga: Pemprov DKI Mulai Vaksinasi untuk Anak Usia 6-11 Tahun, Catat Syarat dan Lokasinya
Sebagian lagi menganggap bahwa hukum muslim mengucapkan selamat natal diperbolehkan karena tidak mengubah akidah.
Berikut ringkasan pendapat mereka tentang hukum mengucapkan selamat Natal.
Ustadz Adi Hidayat
Menurut Ustadz Adi Hidayat hukum mengucapkan selamat atas perayaan agama lain di luar keyakinan sebagai muslim itu tidak diperkenankan dan dilarang.
“Haram kita mengucapkan Selamat A, Selamat B, yang dalam ucapan tersebut mengandung unsur pengakuan bahwa ada dien selain Islam,” ujar dia.
Buya Yahya
Intinya, kata Buya Yahya adalah tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti perayaan agama lain.
Namun ada kewajiban bagi umat Islam untuk memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan, meski beragama lain.
Umat muslim juga dilarang untuk memaksakan perayaannya pada umat lain, demikian juga sebaliknya.
“Memaksa minoritas untuk mengikuti mayoritas itu tidak boleh, demikian juga minoritas untuk mengikuti mayoritas,” ujar dia.
“Jangan paksa, orang Islam mengucapkan mengucapkan Selamat Natal, ini namanya tidak mengerti toleransi. Ini kan urusan agama saya,” tambah dia.
Gus Miftah
“Saya memberi ucapan Selamat Natal pada tetangga saya yang Katolik. Dia setiap tahun juga memberi ucapan Selamat Lebaran pada saya,”
“Ini saya lakukan bukan sebagai fatwa, tapi memberitahu apa yang saya lakukan tiap tahun”
“Tidak ada masalah, bagi saya”
Ustadz Khalid Basalamah
Ustadz Khalid Basalamah termasuk orang yang tidak memperbolehkan muslim mengucapkan Selamat Natal.
“Bagi saya tidak boleh. Tapi bukankah itu cuma mengucapkan selamat saja, cuma kata-kata?” ujar dia.
Pengucapan Selamat Natal bisa berarti mengakui bahwa Allah mempunyai anak, ”itu tidak bisa dalam Islam,” ujar dia.
Prof Quraish Shihab
Menurut Quraish Shihab, selama akidah terjaga, boleh saja muslim mengucapkan selamat Natal bagi umat kristiani.
Al Quran-lah yang pertama kali mengucapkan selamat Natal, ujar dia.
Dia mengutip Surat Maryam ayat 33.
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.
“Selama akidah terjaga, mau mengucapkan selamat Natal sampai keriting tetap saja boleh,” ujar dia.
Emha Ainun Najib (Cak Nun)
Emha Ainun Najib mengatakan: “Apakah jika kita mengucapkan selamat Natal akan menjadi Kristen?”
Apakah orang Kristen jika mengucapkan Selamat Idul Fitri akan menjadi Islam?
Kok “gembeng” orang itu? (Kok lemah orang itu?)
“Apa kalau mbeeek, akan jadi kambing?”
Umar Bin Hafid
Sesungguhnya ada aturan-aturan dalam toleransi yang perlu kita renungi dengan benar dan kita jalankan dengan ramuan yang tepat.
Toleransi menurut dia adalah pada hal-hal yang tidakberhubungan dengan nilai-nilai agama Islam, moral.
Selama mereka tidak mengganggu, maka boleh saja kita bertoleransi dalam hal itu.
Segala sesuatu yang masih dalam ruang lingkup, kebaikan, keadilan dan perubahan ma’ruf pada semua makhluk, itu mendapatkan izin.
Al Quran memerintahkan untuk berbuat baik pada non-muslim dan berbuat adil.
Habib Lutfi bin Yahya
Apapun agamanya, kita selain Islam adalah juga saudara sebangsa setanah air yang punya hak untuk dilindungi. Itu yang penting kita jaga. Jangan memberikan kesempatan pada oknum-oknum yang ingin merusak bangsa kita.
Syekh Ali Jaber
Apakah anda tahu makna Natal? Itu kelahiran, dan ucapan selamat atas kelahiran.
Dalam kepercayaan mereka, itu adalah kelahiran Nabi Isa atau Yesus anak tuhan. Ketika mereka merayakan hari itu maka berarti mereka merayakan kelahiran anak Allah.
Bagi muslim yang sudah belajar, bahkan sudah hafal Surat Al Ikhlas.
Bahwa Allah tidak punya anak dan tidak diperanakkan.
Berarti kalau Allah tidak punya anak dan kita percaya dan yakin, tapi kalau kita mengucapkan Selamat Natal atas kelahiran anak tuhan, maka kita sendiri yang mengingkari Qulhuwallohu ahad.
Gus Baha
Menurut Gus Baha, yang bernama asli Ahmad Bahauddin Nursalim, berteman dengan orang kafir yang tidak memusuhi kita selama di dunia itu boleh.
Karena itu para ulama tidak mengharamkan, misalnya ada mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman atau tempat lain.
“Yang penting bisa menjaga imannya,” ujar dia.
Karena kewajiban untuk terpisah dengan orang kafir, menurut Gus Baha itu jika sudah berada di akhirat.
“Saat di akhirat, benar-benar orang mukmin terpisah dengan orang kafir. Karena alamatnya berbeda. Tapi kalau di dunia ada hajat muamalah. asal tidak kafir yang memusuhi kita.”