JAKARTA, KILAS24.COM — Profesor Quraish Shihab, ahli tafsir terkemuka asal Indonesia memberikan penjelasan terkait seorang muslim memberikan ucapan Selamat Natal.
Menurutnya, ada dalil yang memperbolehkan seorang muslim memberikan ucapan Natal, meski hal itu sering disebut menyalahi aqidah.
Polemik tentang hukum muslim yang memberikan ucapan selamat Natal dari seorang selalu menjadi polemik tiap tahun.
Baca Juga: Cukai Rokok: Harga Jual Rokok Naik Per Januari 2022
Menurut Quraish Shihab dalam Al Quran ada ayat yang memberikan selamat atas kelahiran Nabi Isa.
Dia mengutip Surat Maryam ayat 33.
وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Justru Al Quran-lah yang pertama kali mengucapkan selamat Natal.
“Selama akidah terjaga, mau mengucapkan selamat Natal sampai keriting tetap saja boleh,” ujar dia dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di platform berbagai video, Youtube.
Baca Juga: Pencairan Bansos PKH, Kartu, Sembako, BSU dan Bansos Lainnya Sentuh 81,5 Persen
“Kita tetap percaya bahwa dalam akidah kita Isa itu bukan anak Allah, melainkan rasulnya,” tambah dia.
Menurut Quraish Shihab, perdebatan seperti ini hanya terjadi di kawasan Asia Tenggara. Karena di banyak kawasan tidak pernah terjadi hal semacam ini.
Di Mesir kata dia, Grand Syekh Al Azhar berkunjung memberikan ucapan selamat (Natal). Kita, sebagai muslim, menurut dia ikut bergembira dengan kegembiraan mereka, namun tidak mengganggu akidah.
“Saya tidak setuju dengan pendapat yang melarang (muslim memberikan ucapan selamat Natal) itu terlalu sempit,” ujar dia.
Al Quran Memperbolehkan Perbedaan
Al Quran menurut dia sejak awal membebaskan umat Islam untuk berkelompok-kelompok. Allah bahkan ingin manusia mempunyai perbedaan.
Jika tidak, maka Allah bisa memutuskan bahwa Al Quran tidak mengandung penafsiran yang berbeda.
Al “Quran memberikan kebebasan bahwa manusia boleh berkelompok-kelompok, namun tidak boleh berkelahi atau berselisih.”
“Sebenarnya Allah mau kita berbeda, tapi dia tidak mau kita bertengkar.”
Simak Juga: Ini Tanggapan Kemenag atas Kasus Oknum Pelaku Asusila terhadap Santriwati di Jabar
Cara memahami Al Quran kata dia bermacam-macam sehingga konsekuensinya juga pemahaman yang berbeda-beda.
“Semuanya bisa saja benar, dan semua bisa salah. Tuhan memberikan kepada setiap orang, yang mempunyai otoritas untuk memberi pendapat, bahwa walaupun salah tetap mendapatkan pahala,”ujar dia.
“Jadi ada Syafii, Malik, ada syiah, ada salafi dan sebagainya. Kita jangan berkelahi.
“Al Quran itu seperti hidangan ilahi, semakin kaya orang semakin beragam hidangannya. Apakah anda marah kalau anda undang saya dengan menyiapkan teh dan kopi.
“Kalau saya pilih teh anda tidak marah, kalau ada yang memilih kopi silahkan,” ujar dia.
Selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar, sebagai titik temu, itu tidak masalah.
“Yang salah kalau anda memaki saya, anda kafirkan saya. Karena yang kafir dalam Islam itu yang tidak percaya rukun iman.”
Hanya Perbedaan Fiqih
Jika hanya berbeda soal fiqih dan pandangan maka hal itu seharusnya tidak menjadi persoalan, ujar Quraish Shihab.
Menurut Quraish Shihab, masyarakat kita tidak memahami agamanya dengan baik. Karena ulama kita tidak mampu menjelaskannya pada mereka dengan baik.
Baca Juga: Benarkah Ucapkan Selamat Natal Haram? Simak Penjelasannya
Menurut dia, ada di antara para ulama berkata bahwa hanya satu yang benar. Padahal mestinya diajarkan dalam rincian ajaran agama itu bisa bermacam-macam yang benar.
Itulah sebabnya, Quraish Shihab lebih percaya ada riwayat yang berkata bahwa, “akan terbagi umatku menjadi 73 golongan, semua masuk surga kecuali satu.”
Bukan riwayat yang menjelaskan bahwa, “semua masuk neraka kecuali satu”.
“Guru saya, Syech Abdul Halim berkata bahwa hanya semua masuk surga kecuali satu. Jadi kita semua masuk surga ramai-ramai meski berbeda. Itu yang ulama ajarkan,” ujar dia.