JAKARTA, KILAS24.COM — Anak-anak marginal di Indonesia belum mendapatkan hak pendidikan yang layak sebagaimana anak pada umumnya. Hal ini dipengaruhi kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan mereka.
Erina Sofia Gudono, pegiat Komunitas Harapan Fian, Sekolah Marjinal, dan Takesbook Indonesia, mengatakan bahwa masalah anak-anak marginal bukan karena mereka malas, tetapi ada masalah di lingkungan mereka.
“Masalah di lingkungan anak marginal tersebar mulai dari masalah struktural ekonomi, dan berbagai masalah sistemik lain yang akhirnya membuat mereka tidak memiliki hak pendidikan,” ujarnya dalam diskusi live yang digelar Yayasan Satu Langkah Maju, Sabtu (27/8/2022).
.Dalam diskusi bertajuk “Empowering Children’ s Dream Through Volunteering” itu, bertindak selaku moderator adalah Raina Anjari, pendiri Yayasan Satu Langkah Maju, yayasan yang juga aktif di bidang edukasi anak-anak marginal.
Baca Juga: Pernah Daftar DTKS Tahap 1 atau 2, Perlu Daftar DTKS Tahap 3? Pastikan Hal Ini Dulu
Menurut Erina, masih banyak anak marginal yang belum memiliki identitas legal seperti tidak punya akta kelahiran sehingga menyulitkan untuk masuk sekolah formal.
“Banyak di antara anak-anak itu tidak memiliki identitas yang terdaftar secara legal. Mereka tidak punya akta kelahiran. Ini menyulitkan mereka untuk menembus tembok sekolah formal,” katanya.
Alumni Administrasi Publik Columbia University ini menambahkan spektrum dari masalah akses identitas itu sangat besar, tidak hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga masyarakat secara umum.
“Kita bisa bantu kesulitan akses identitas ini. Misalnya dengan menyediakan pendidikan alternatif, mendorong kejar paket, dan untuk itu kita harus engage dengan semua pihak, tidak bisa sendiri,” jelas Erina.
Menurut perempuan yang duduk di samping putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, saat upacara HUT RI ke-77 di Istana Negara ini, anak muda harus action agar memiliki pengaruh ke lingkungannya.
“Kita generasi muda harus mulai action, bergabung komunitas, hidup itu enggak monoton. Kita harus spreading awareness, bahwa semua orang berhak mendapatkan pendidikan,” tegasnya.
Yayasan Satu Langkah Maju sendiri adalah lembaga nirlaba yang didirikan pada 2019 oleh Raina Anjari yang berkantor di Jl. Iskandarsyah 1 No, 20, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Dapat Rp9 Juta, Segera Daftar KJMU Tahap 2 Tahun 2022 dan Cek Status KJMU di kjp.jakarta.go.id
Yayasan ini memiliki 2 program utama, yaitu Teaching & Giving dan The Goodwill Project. Program Teaching and Giving merupakan program pembelajaran bagi anak-anak kurang mampu, khususnya yatim piatu.
Adapun The Goodwill Project, yang pernah hadir di Lombok setelah dihantam gempa 6,9 SR pada 2018, merupakan program donasi kepada warga dan khususnya anak yatim dan dhuafa di daerah bencana.
Saat ini, sedikitnya sudah 500 relawan lebih yang terlibat dalam program Yayasan Satu Langkah Maju, dengan semangat menumbuhkan anak-anak di daerah terpencil Indonesia menjadi generasi yang tangguh.
“Harapannya, gerakan ini tidak hanya membantu negara untuk melindungi anak-anak yang membutuhkan, tetapi juga menyebarkan semangat jiwa sosial yang tinggi kepada pemuda di Indonesia,” pungkas Raina.