JAKARTA, KILAS24.COM – Ada beberapa film dalam negeri sebagai rekomendasi film tentang perjuangan perempuan Indonesia yang wajib ditonton.
Untuk memperingati emansipasi perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini (21 April), teman-teman perlu tahu beberapa referensi film tentang perjuangan dan pergulatan perempuan di Indonesia.
Film tentang perjuangan perempuan Indonesia ini berisi tentang pergulatan hidup berdasarkan persepsi kaum hawa yang terhimpit oleh sosio-kultural lingkup masyarakatnya masing-masing dan bagaimana mereka bereaksi terhadap itu.
BACA JUGA: Fakta Menarik Buku RA Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Berikut 10 film yang menceritakan mengenai perjuangan perempuan Indonesia yang sangat rekomendid.
1. Athirah
Film ini menggambarkan sosok Athirah, ibunda dari mantan Wapres Jusuf Kalla, yang berjuang dengan gigih demi keluarganya.
Athirah merupakan film biopik atau biografi yang diadaptasi dari buku biografi karya Alberthiene Endah.
Sosok Athirah hidup di tengah budaya poligami yang lazim dalam masyarakat Sulawesi Selatan pada tahun 1950-an.
Dalam situasi itu, Athirah yang mau tak mau harus merelakan suaminya untuk menikahi perempuan lain.
Athirah mengambil sikap tegas dengan meninggalkan suaminya dan kemudian berjuang sendiri untuk membesarkan kelima anaknya.
2. Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak
Film Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak bergenre drama thriller dan mengambil secuil potret budaya sumba, NTT.
Diceritakan bahwa Marlina adalah seorang janda yang harus menghadapi ancaman dari segerombolan pencuri yang tiba-tiba datang ke rumahnya.
Bagaimana sosok perempuan sebatang kara Marlina ini harus berjuang demi nyawa, harta dan juga kehormatannya dalam kesendiriannya? Menarik untuk ditonton kisahnya.
3. Kartini: Princess of Java
Kisah Kartini tentu sudah banyak disimak lewat macam-macam referensi tertulis.
Kali ini sosok Kartini di awal abad ke-19 coba “dihidupkan” lagi melalui karya film berdasarkan beberapa angle kisah hidupnya.
Kartini adalah perempuan terdidik di zamannya yang menggulati kenyataan kesenjangan gender, serta antara dominasi kaum ningrat kepada yang bukan ningrat dalam lingkungannya.
Kartini kemudian banyak mengungkapkan pergulatannya tersebut melalui surat dan tulisan-tulisan lainnya.
4. Siti
Film Siti bercerita tentang perjuangan seorang perempuan muda untuk menghidupi suaminya lumpuh, ibu mertuanya yang tua renta dan putra kecilnya.
Siti yang menjadi tulang punggung keluarganya sehari-hari berjualan peyek di sekitaran pantai Parangtritis dengan penghasilan tak seberapa.
Di malam hari, Siti menjajakan tubuhnya di salah satu klub malam ilegal sebagai pemandu karaoke. Namun, suaminya sempat menentang pekerjaannya ini.
Cerita berlanjut ketika seorang polisi jatuh cinta padanya. Siti dilema apakah ia harus memilih keluarganya atau mengikuti si polisi yang cinta padanya.
5. Sang Penari
Film Sang Penari ini menceritakan tentang Srintil, gadis desa Dukuh Paruk yang berprofesi sebagai Penari Ronggeng di desanya pada tahun 1960-an.
Namun, menjadi Penari Ronggeng mengharuskan Srintil melakukan tradisi “buka kelambu” untuk memuaskan nafsu para lelaki.
Hal tersebut kemudian menjadi batu sandungan hubungan asmaranya dengan lelaki yang dicintainya, Rasus.
6. Yuni
Film Yuni bercerita tentang pergultan seorang gadis yang digambarkan sebagai remaja cerdas dan punya impian untuk melanjutkan pendidikannya ke bangku perkuliahan.
Namun, oleh kukungan pandangan lingkungannya, Yuni dipaksa untuk menikah dan tak perlu melanjutkan pendidikannya.
Yuni harus melawan aturan sosio-kulturalnya. Di tengah pergulatan tersebut, datang dua lelaki tak dikenal untuk melamarnya.
Yuni pun menolak lamaran itu. Ada suatu mitos yang beredar di lingkungannya bahwa perempuan yang menolak lamaran hingga tiga kali tak akan pernah menikah seumur hidupnya.
Film ini terbilang unik karena penggunaan bahasa Jawa-Serang di keseluruhan alur ceritanya.
7. Penyalin Cahaya
Film Penyalin Cahaya berkisah tentang seorang mahasiswi perempuan bernama Suryani, yang berjuang untuk mengungkapkan sebuah kasus pelecehan terhadap dirinya.
Suryani sedang berusaha untuk bisa terus melanjutkan kuliahnya oleh kondisi ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan.
Di sela-sela kesibukan perkuliahannya, Suryani aktif bergiat di salah satu kelompok teater yang sedang melakukan persiapan untuk sebuah pentas di luar negeri.
Tokoh Suryani ini harus mengembalikan reputasinya di kampus dan keluarganya oleh kasus pelecehan yang dialaminya dari seseorang masih misterius.
8. Imperfect
Film ini berkisah mengenai Rara, seorang wanita karir yang terjebak oleh stigma lingkungannya bahwa perempuan itu harus memiliki tubuh langsing.
Rara digambarkan sebagai perempuan berbadan gendut yang sering mengalami body Shaming di rumah dan kantornya.
Rara kemudian mengorbankan orang-orang terdekatnya untuk mencapai ambisinya memiliki badan langsing agar ia bisa diterima di dalam kalangan yang sebelumnya menolaknya.
9. Nana
Film Nana mengambil latar belakang Indonesia pada tahun 1960an mengenai perempuan yang memperjuangkan hidup dan mimpinya.
Nana adalah seorang perempuan Sunda yang sedang dalam masa pelariannya usai kehilangan anak dan Ayahnya akibat sebuah perang di Jawa Barat.
Nana harus mempertahankan hidupnya, oleh karena itu ia melarikan diri dari kejaran para orang-orang yang menginginkannya.
Di masa pelariannya, ia bertemu dengan seorang dengan perempuan simpanan suaminya yang sebelumnya tidak pernah ia ketahui.
Karena merasa memiliki nasib yang sama, keduanya kemudian saling memberikan dukungan sebagai sesama perempuan.
Selain mengangkat tema perjuangan perempuan, film ini juga menyoroti sejarah Indonesia di masa 60-an yang penuh dengan intrik politik.
“Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era; perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasan sendiri,” kata Sutradara Kamila Andini.
10. Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar
Film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar ini diangkat dari buku biografi berjudul sama karya seorang motivator wanita terkenal di Indonesia, Merry Riana.
Film ini mengambil satu dari banyak contoh kisah kelam etnis tionghoa Indonesia sebagai korban pergolakan politik Indonesia menjelang reformasi.
Merry adalah perempuan keturunan Tionghoa, yang keluarganya menjadi korban kerusuhan dan krisis moneter tahun 1998.
Merry akhirnya harus berjuang agar bisa bertahan hidup di tengah kesulitan berat yang menimpanya. Ia terpaksa mengungsi sendirian ke Singapura, lantaran orang tuanya hanya mampu membeli satu tiket pesawat setelah harta benda ludes dijarah.
Berbekal uang seadanya, Merry mencoba bertahan hidup di negara asing sambil terus melanjutkan kuliah dengan sebuah motivasi besar di kepalanya.
Demikianlah rekomendasi film yang berisi tentang perjuangan perempuan Indonesia selain RA Kartini. Semoga bermanfaat bagi anda sekalian yang sedang mencari referensi film mengenai perjuangan perempuan Indonesia.